Senin, 29 Desember 2014

Menyusuri Jalan 2

        Setelah turun dengan rasa malu ditertawai supir dan penumpang di angkot saya pun mengecek dompet apakah masih ada duit untuk naik angkot ke depok lagi. Pada saat saya membuka dompet yang bergambar klub sepak bola favorit saya yaitu Barcelona itu ternyata tak ada sepeser uangpun di dompet saya. "Tapi tenang kan masih ada ATM" dengan gaya santai saya menanggapi permasalahan tersebut. Saya pun membuka tempat dimana saya biasa menaruh kartu ATM saya dan saya pun terkejut dengan kenyataan yang harus saya terima bahwa kartu ATM saya tidak ada di tempat. Betapa malangnya nasi saya hari itu.  Mengetahui hal itu Saya pun berkeringat dingin karena saya memikirkan bagaimana cara saya pulang ke rumah yang jaraknya masih lumayan jauh tersebut tanpa ada uang sepeserpun. Dibawah sinar matahari yang terik dengan keringat membahasi baju, saya pun memikirkan terus bagaimana cara saya pulang.

        Setelah pusing memikirkan cara pulang, terlintas di pikiran untuk menelpon teman dan meminta bantuan pada mereka. Saya pun segeraa mengeluarkan HP di saku kanan saya, dan mau tauu apa yang terjadi??? ternyata HP saya sudah ngedrop, tapi untungnya saya membawa dua HP waktu itu. Saya pun kembali mengeluarkan HP dari saku belakang celana saya. dan kalian tau apa yang terjadi lagi??? dan ternyata HP yang satu lagi juga ngedrop. Begitu kesalnya saya setelah 2 HP yang saya bawa pada hari tak bisa menolong saya. Ingin rasanya membanting HP tapi setelah dipikir lagi sayang juga ya kalo di banting..hehe. Begitu lengkapnya penderitaan ku hari itu.

        Dengan keadaan yang kesal saya memutuskan untuk pulang kerumah dengan jalan kaki saja meskipun jaraknya lumayan jauh tapi saya harus lakukan itu karena tak punya jalan lain. Saya pun menyusuri jalan dengan ditemani motor dan mobil yang berlalu lalang, dan matahari yang terang benderang memancarkan cahaya dan panasnya yang menembus kulit.

        Ditengah perjalanan langkah saya terhenti melihat seorang pengamen naik ke angkot. Otak saya pun memunculkan sebuah ide yang lumayan cemerlah yaitu menjadi pengamen. Pengamen kan cuma nyanyi saja dan bisa naek angkot gratis. Saya pun berpikiran dengan saya mengamen paling tidak saya mendapatkan tumpangan gratis ke depan gang kapuk. Lagipula suara saya kan lumaya gak jelek-jelek amat, hehe. Tapi saya pun memikirkan dua kali ide saya itu karena saya kan baru pulang dari kampus yang pada saat itu sangat rapi dengan mengenakan kemeja, celana jeans, dan sepatu boot. Kalau saya ngamen apa sopir sama penumpangnya percaya? yang ada ntar sopirnya minta saya bayar. Setelah pikir panjang saya pun tidak jadi memutuskan untuk mengamen dan saya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan saya.

       Setelah 45 menit berlalu saya pun tiba dirumah dengan kaki yang pegal-pegal, muka kusam. badan bau keringat. Sesampai di rumah saya pun tak pikir panjang lagi saya langsung nempel di kasur untuk melepas penat setelah menjalani hari yang kurang menyenangkan itu. Meskipun Tidak menyenangkan tapi pengalaman adalah guru terbaik. Hari itu menjadi guru yang berharga bagi saya. Ia mengajarkan saya untuk lebih teliti lagi dalam melakukan sesuatu. Terutama ketika mempersiapkan uang untuk pegi dan pulang ngampus.

      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar