Ini adalah cerita saya. Beberapa bulan yang lalu. Melalui cerita ini saya ingin berbagi pengalaman kepada para pembaca semua.
Nama saya Rizqi Hardiansyah saya lahir pada tanggal 29 September 1996, saya adalah seorang anak bungsu yang terlahir dari keluarga yang sederhana. Ayah saya bernama Said Muhammad yang lahir pada tanggal 15 Juli 1950, beliau bekerja sebagai wiraswasta dan Ibu saya bernama Sumiyati yang lahir pada tanggal 25 juni 1958 yang sehari-hari sebagai Ibu rumah tangga. Saya memilki 5 orang kakak dengan 2 kakaklaki-laki dan 3 kakak perempuan. Mereka semua adalah orang-orang yang sangat penting dalam kehidupan saya.
Sejak lama saya bercita-cita untuk menjadi seorang dokter dan tentunya orang sukses, karena bagi saya bekerja sebagai dokter merupakan salah satu pekerjaan yang sangat mulia. Dengan menjadi dokter kita bisa membantu orang yang sakit dan membuat keluarga orang yang sakit tersenyum dengan kesembuhan keluarganya. Namun pernyataan yang mengatakan bahwa “Hidup memang tak selamanya sejalan dengan apa yang kita ingin” memang benar. Saya merupakan orang yang tak suka menyusahkan orang tua jadi saya pun merubah keinginan saya untuk menjadi dokter karna saya berpikir untuk menjadi dokter membutuhkan biaya yang sangat besar dan tentunya akan menyusahkan orang tua saya. Oleh karna itu saya harus mencari solusi yang lain agar tetap bisa menjadi orang sukses namun dengan cara yang lain.
Hal yang memotivasi saya untuk kuliah adalah keluarga saya terutama kedua orang tua saya. Menurutsaya seseorang dapat memutus rantai kondisi kehidupan keluarganya dengan bersekolah. Oleh karna itu saya berkeinginan untuk kuliah, tak lain dan tak bukan hanya untuk membuat orang tua saya bahagia dan bisa memberangkatkan mereka pergi haji karna itu merupakan impian utama saya serta membantu keluarga dan saudara saya yang mungkin masih ada yang jauh dari kecukupan.
Sekarang saya duduk di kelas XII dan tentunya saya harus memikirkan harus kemana saya setelah lulus SMA. Pikiran saya mengenai harus kemana setelah kuliah pun akhirnya sedikit terjawab ketika UIB mendatangi sekolah saya dan mensosialisasikan mengenai beasiswa UIB. Di dalam benak saya timbul pertanyaan kenapa saya tidak mencoba saja mengikuti test tersebut selagi ada kesempatan yang bisa membuka jalan untuk menuju sebuah kesukses, meskipun ada perasaan ragu untuk bisa mendapatkan beasiswa tersebut karna saingan yang sangat banyak dan berat dari daerah lain. Namun, persaingan tersebut tidak menghalangi saya untuk mengikuti tes tersebut dan saya mengikuti beragam test mulai dari seleksi rapot hingga wawancara dengan membawa orang tua.
Setelah Berbulan-bulan menunggu pengumuman penerima beasiswa tersebut akhirnya terjawab. Nama saya berada pada urutan 10 nama pertama pada daftar penerima beasiswa dan ternyata saya mendapatkan beasiswa unggulan. Saya sangat senang sekali dan segera memberitahu keluarga saya bahwa saya mendapatkan beasiswa tersebut dan dengan mendapatkan beasiswa tersebut otomatis saya bisa meringankan beban kedua orang tua saya.
Oleh karena itu jangan takut untuk mencoba dan jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan selagi ada dan ketika kesempatan itu telah di capai maka gunakanlah kesempatan itu sebaik-baiknya agar kesempatan itu dapat dirubah menjadi sebuah esuksesan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar