BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Pendahuluan
Hampir
setiap orang memiliki rasa takut dalam dirinya. Ketakutan adalah suatu
tanggapan emosi terhadap ancaman. Pada dasarnya takut adalah suatu mekanisme pertahanan hidup
dasar yang terjadi sebagai respons terhadap suatu stimulus tertentu, seperti rasa sakit atau ancaman bahaya. Beberapa ahli psikologi juga telah menyebutkan bahwa takut adalah salah satu dari
emosi dasar, selain kebahagiaan, kesedihan, dan kemarahan. Tak jarang rasa takut sendiri menjadi momok yang sangat
menakutkan bagi beberapa orang, bahkan ada yang menjadi penyakit. Hal ini
karena rasa takut yang berlebihan tehadap sesuatu atau yang sering disebut
dengan Phobia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Definisi Phobia
Phobia adalah ketakutan yang berlebih-lebihan
terhadap benda-benda atau situasi-situasi tertentu yang seringkali tidak
beralasan dan tidak berdasar pada kenyataan.Istilah “Phobia” berasal dari kata
“phobi” yang artinya ketakutan atau kecemasan yang sifatnya tidak rasional;
yang dirasakan dan dialami oleh sesorang. Phobia merupakan suatu gangguan yang disebabkan
oleh ketakutan yang menetap dan sangat tidak rasional terhadap suatu obyek atau
situasi tertentu.
Phobia dan rasa takut biasa memiliki perbedaan yaitu pada phobia, hal yang ditakuti sebenarnya tidak
menakutkan untuk sebagain besar orang. Phobia terjadi karena adanya faktor
biologis di dalam tubuh, seperti meningkatnya aliran darah dan metabolisme di
otak. Phobia juga bisa terjadi karena sesuatu yang tidak normal di struktur
otak. Tapi kebanyakan psikolog setuju, Phobia lebih sering disebabkan oleh
kejadian traumatis.
Dalam
keadaan normal setiap orang memiliki kemampuan mengendalikan rasa takut. Akan
tetapi bila seseorang terpapar terus menerus dengan subjek Phobia, hal tersebut
berpotensi menyebabkan terjadinya fiksasi. Fiksasi adalah suatu keadaan dimana mental
seseorang menjadi terkunci, yang disebabkan oleh ketidak-mampuan orang yang
bersangkutan dalam mengendalikan perasaan takutnya. Penyebab lain terjadinya
fiksasi dapat pula disebabkan oleh suatu keadaan yang sangat ekstrem seperti trauma bom, terjebak lift dan sebagainya.
Seseorang yang pertumbuhan mentalnya mengalami fiksasi
akan memiliki kesulitan emosi (mental
blocks) dikemudian harinya. Hal tersebut dikarenakan orang tersebut tidak
memiliki saluran pelepasan emosi (katarsis) yang tepat. Setiap kali orang tersebut
berinteraksi dengan sumber phobia secara otomatis akan merasa cemas dan agar
"nyaman" maka cara yang paling mudah dan cepat adalah dengan cara
"mundur kembali"/regresi kepada keadaan fiksasi.
Kecemasan yang tidak diatasi seawal mungkin berpotensi
menimbulkan akumulasi emosi negatif yang secara terus menerus ditekan kembali
ke bawah sadar (represi). Pola respon negatif tersebut dapat berkembang
terhadap subjek subjek phobia lainnya dan intensitasnya semakin meningkat.
Walaupun terlihat sepele, pola respon tersebut akan dipakai terus menerus untuk
merespon masalah lainnya. Itu sebabnya seseorang penderita phobia menjadi
semakin rentan dan semakin tidak produktif. Phobia merupakan salah satu dari
jenis jenis hambatan sukses lainnya.
1.2.
Macam-macam Phobia
Menurut parah alhi phobia
digolongkan menjadi tiga macam yaitu agroaphobia, phobia social, dan phobia
spesifik.
1.
Agroaphobia
Phobia yang muncul ketika berada di tempat yang ramai dan penuh orang.
Umumnya orang yang menderita phobia semacam ini akan berusaha mencari jalan
keluar dari keramaian dan mencari tempat yang sepi.
2.
Phobia sosial
Phobia Sosial dikenal juga sebagai gangguan anxietas
sosial, phobia sosial adalah ketakutan akan diamati dan dipermalukan di depan
publik. Hal ini bermanifestasi sebagai rasa malu dan tidak nyaman yang sangat
berlebihan di situasi sosial. Hal ini mendorong orang untuk mengindari situasi
sosial dan ini tidak disebebabkan karena masalah fisik atau mental (seperti
gagap, jerawat atau gangguan kepribadian).
3.
Phobia Spesifik
Phobia spesifik ditPenderitai oleh ketakutan yang tidak rasional akan
objek atau situasi tertentu. Gangguan ini termasuk gangguan medik yang paling
sering didapati, namun demikian sebagian kasus hanyalah ringan dan tidak perlu
mendapatkan pengobatan. Pada phobia terjadi salah-pindah kecemasan pada barang
atau keadaan yang mula-mula menimbulkan kecemasan itu. Jadi terdapat dua
mekanisme pembelaan, yaitu salah-pindah dan simbolisasi. Ada banyak macam phobia yang dinamakan
menurut barang atau keadaan. Apabila berhadapan dengan objek atau situasi
tersebut, orang dengan phobia akan mengalami perasaan panik, berkeringat,
berusaha menghindar, sulit untuk bernapas dan jantung berdebar. Sebagian besar
orang dewasa yang menderita phobia menyadari bahwa ketakutannya tidak rasional
dan banyak yang memilih untuk mencoba menahan perasaan anxietas yang hebat daripada
mengungkapkan ganguannya. Berikut ini adalah beberapa spesifikasi dari phobia
spesifik.
a.
Claustrophobia (Phobia Berada Di Ruang yang
Sempit)
Phobia ini muncul saat seseorang berada di ruang sempit seperti di dalam
lift, toilet pesawat, kamar mandi yang ukurannya kecil, atau tempat sempit
lainnya. Saat merasakan ketakutan, mereka cenderung akan gugup, berkeringat,
dan kehabisan nafas.
Dianjurkan apabila ada orang yang menderita claustrophobia, maka ia diberikan tempat duduk di dekat jendela atau lebih baik memilih naik eskalator atau memakai tangga.
Dianjurkan apabila ada orang yang menderita claustrophobia, maka ia diberikan tempat duduk di dekat jendela atau lebih baik memilih naik eskalator atau memakai tangga.
b. Zoophobia (Phobia Akan Hewan
Tertentu)
Zoophobia adalah rasa takut akan hewan tertentu di mana saat mendengar,
atau melihat saja sudah membuat seseorang sangat ketakutan. Nah, phobia ini
memiliki beberapa sebutan tergantung pada jenis hewan yang ditakuti, seperti:
arachnophobia - ketakutan pada laba-laba; ophidiophobia - ketakutan pada ular;
ornithophobia - ketakutan pada burung; apiphobia - ketakutan pada lebah.
c.
Brontophobia (Phobia Akan Halilintar/Petir)
Nama brontophobia diambil dari bahasa Yunani, bronte yang berarti petir.
Mereka yang mengalami phobia ini biasanya menolak keluar saat sedang hujan dan
ada petir. Mereka kerap bersembunyi di balik pintu sambil menutup kepala dengan
tangan atau bantal.
d.
Acrophobia (Phobia Ketinggian)
Mereka yang mengalami phobia ini sangat takut bila berada di ketinggian.
Biasanya wajah mereka akan sangat tegang, mengeluarkan keringat dingin, wajah
akan menjadi pucat dan bahkan mematung.
e.
Aerophobia (Phobia Terbang)
Mereka yang mengalami aerophobia biasanya takut jika harus naik pesawat
terbang. Umumnya phobia ini muncul setelah ia mengalami trauma, entah
kecelakaan yang dialami diri sendiri atau orang terdekat, atau mengalami
turbulensi. Umumnya mereka akan merasa sangat panik dan terbayang-bayang akan
ada hal buruk yang terjadi. Mereka juga ingin buru-buru keluar dari pesawat.
f.
Phobia
Rasa Sakit
Ada dua jenis phobia yang dialami dan diakibatkan karena ketakutan akan
rasa sakit. Yang pertama adalah hemophobia, phobia saat melihat darah. Yang
kedua adalah trypanophobia, yaitu phobia akan jarum suntik. Umumnya, kondisi
mereka akan drop dan bisa pingsan saat ketakutan.
g.
Phobia
Paranormal
Phobia ini biasanya disebabkan oleh beberapa hal yang berhubungan dengan
dunia paranormal.
Triskaidekaphobia, yaitu phobia yang berhubungan dengan semua hal dengan
angka 13. Konon, angka ini merupakan angka sial, sehingga mereka yang mengalami
phobia ini akan berusaha menghindari segala sesuatu yang berhubungan dengan
angka sial.
Chiroptophobia, yaitu ketakutan akan kelelawar karena menganggap bahwa hewan tersebut adalah jelmaan vampir. Phasmophobia, yaitu rasa takut yang timbul akan bayangan hantu di dalam benaknya.
h.
Emetophobia (Phobia Akan Rasa Mual Dan Muntah)
Biasanya, apabila melihat orang lain mual atau muntah, maka akan timbul
rasa ingin muntah juga. Hal ini dipengaruhi oleh pikiran, di mana seringkali yang
tertangkap oleh mata langsung diproses ke pikiran dan mempengaruhi respon yang
terjadi. Tak heran apabila kemudian timbul perasaan ingin muntah atau mual.
i.
Carcinophobia (Phobia Akan Kanker)
Carcinophobia atau cancerophobia adalah rasa takut yang teramat sangat
akan kanker. Umumnya orang ini trauma dan merasa takut berlebihan serta
menganggap bahwa semua sakit yang ia rasakan adalah kanker. Orang tersebut juga
menjadi sangat sensitif terhadap apa yang dirasakan pada tubuhnya.
j.
Neophobia (Phobia Akan Semua Hal Baru)
Neophobia biasanya muncul saat melihat barang-barang baru. Mereka
cenderung menolak barang baru dan lebih mencintai barang lama mereka.
1.3.
Phobia
Ketinggian (Acrophobia)
Salah satu phobia yang dialami oleh manusia adalah,
phobia akan ketinggian atau yang biasa disebut Acrophobia. Phobia ketinggian
adalah salah satu phobia yang lumayan banyak penderitanya. Diperkirakan sekitar
3-5% populasi umum di dunia menderita phobia ini. Dengan perempuan 2 kali lipat
lebih banyak menderita phobia ini dibanding pria. Phobia ketinggian
(Acrophobia) berasal dari kata Yunani yaitu Akron yang artinya puncak dan
phobos yang artinya takut. Sehingga dapat diartikan sebagai ketakutan irasional
yang ekstrim terhadap ketinggian.
1.
Penyebab Acrophobia
Ragam faktor yang bisa menjadi pemicu terjadinya phobia
pada ketinggian. Diantaranya:
a.
Peristiwa yang traumatis
Kebanyakan phobia pada
ketinggian terjadi karena faktor traumatis masa lalu penderitanya. Mungkin penderita
sebelumnya pernah terjatuh dari tempat tinggi dan meninggalkan rasa sakit yang
luar biasa dan sulit untuk dilupakan.
b. Faktor Biologis
Faktor biologis biasanya terjadi
karena disfungsi dalam menjaga keseimbangan. System keseimbangan manuasia
mengintegrasikan isyarat visual propriosektif, vestibular dan terdekat untuk
memperhitungkan posisi dan gerakan. Dan biasanya system keseimbangan ini akan
menjadi miskin ketika manusia mengalami peningkatan tinggi badan karena isyarat
visualnya menjadi surut. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya disfungsi
keseimbangan sehingga munculah phobia ketinggian.
c.
Pola Asuh yang Keliru
Mungkin saja penderita
Phobia terhadap ketinggian dulunya diasuh oleh orang tua yang selalu
menakut-nakutinya tentang tempat yang tinggi. Para orang tua “meracuni”
pemikiran anaknya bahwa tempat yang tinggi itu mengerikan. Tujuan orang tua
sebenarnya agar si anak tidak bermain-main pada tempat yang tinggi, namun
ternyata salah cara penyampaian justru akan berpengaruh pada kondisi psikologis
anak di kemudian hari.
d.
Keyakinan yang salah
Keyakinan yang salah
terjadi karena seoseorang kerap membenarkan bahwa tempat tinggi akan selalu
membahayakan. Padahal tidak selamanya keyakinan seperti itu benar. Berada pada
posisi tinggi atau tidak, bila tidak berhati-hati tentu akan berbahaya.
2.
Gejala Acrophobia
a.
Penderit akan
mengalami rasa panik atau cemas yang berlebihan.
b.
Sesak nafas.
c.
Meningkatnya detak
jantung.
d.
Keluar keringat
dingin dan mual- mual ketika berada di tempat ketinggian atau pun melihat benda-benda
yang tinggi.
3.
Cara Mengatasi Acrophobia
a.
Metode Hipnoterapi
Melalui metode ini Penderita akan diberi
sugesti-sugesti untuk menghilangkan rasa ketakutan Penderita. Nantinya
sugesti-sugesti itu harus Penderita ingat terus-menerus hingga perlahan akan
terbiasa untuk melupakannya. Metode seperti ini adalah metode yang
mengPenderitalkan penyembuhan dari dalam diri Penderita sendiri.
b.
Metode Exposure
Treatment
Metode ini adalah latihan untuk melatih
otak Penderita. Penderita akan dipaksa terus-menerus berada di ketinggian.
Namun, metode ini bukan hanya tentang "membiasakan diri" rasa takut,
tetapi sebagai pelatihan untuk otak Penderita agar berhenti mengirim sinyal
rasa takut ketika Penderita dalam keadaan tidak berbahaya.
c.
Metode Desentisisasi Sistematis
Biasanya metode ini ampuh untuk
mengatasi phobia dalam tingkat keparahan ringan. Penderita akan diminta
membayangi hal-hal yang indah ketika berada di ketinggian. Misalnya,
membayangkan serunya bermain flying fox, atau roller coaster.
d.
Metode Abreaksi
Pada metode ini, Penderita yang
sebelumnya membayangkan serunya berada di ketinggian, diminta membiasakan diri
untuk terus-menerus berimajinasi seperti tersebut. Melihat tayangan televisi
yang menyuguhkan aksi yang menyenangkan di ketinggian pun bisa menjadi tips
ampuh. Baru setelah terbiasa mengimajinasikannya, pelan-pelan Penderita dibawa
ke tempat-tempat tinggi dan diminta untuk melakukan sesuai apa yang Penderita
sedang imajinasikan.
e.
Metode Reframing
Penderita diminta untuk membayangkan
kembali menuju masa lampau di mana permulaan phobia ketinggian itu terjadi.
Saat teringat, Penderita akan dimotivasi bahwa sebenarnya semua orang bisa
mengalami seperti Penderita namun berhasil keluar dari ketakutan-ketakutan
tersebut. Motivasi yang dilakukan berulangkali tentu akan menumbuhkan
kepercayaan diri sekaligus membangkitkan keberanian Penderita kembali.
f.
Metode Medis
Selain metode latihan psikologis di
atas, terdapat pula metode medis. Pengobatan medis bisa menanggulangi phobia
Penderita tersebut asal di bawah pengawasan seorang dokter yang ahli. Secara
umum, obat-obatan yang akan diberikan ditujukan untuk membantu mengurangi
kecemasan dan stres mental, sehingga pikiran negatif berada di bawah
pengendalian, dan Penderita dapat mengambil tantangan baru untuk melawan rasa
takut.
BAB
III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Phobia ketakutan yang berlebih-lebihan terhadap
benda-benda atau situasi-situasi tertentu yang seringkali tidak beralasan dan
tidak berdasar pada kenyataan.Istilah “Phobia” berasal dari kata “phobi” yang
artinya ketakutan atau kecemasan yang sifatnya tidak rasional; yang dirasakan
dan dialami oleh sesorang. Phobia merupakan suatu gangguan yang disebabkan oleh
ketakutan yang menetap dan sangat tidak rasional terhadap suatu obyek atau
situasi tertentu.
Dari sekian banyak jenis phobia, pada dasarnya
Phobia secara umum dibagi menjadi tiga jenis jenis yaitu phobia sosial,
agoraphobia, phobia sosial, dan phobia spesifik.
Untuk mengatasi phobia digunakan berbagai cara
mulai dari cara medis, psikologis, hipnoterapi, exposure treatmen, dll
DAFTAR
PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Ketakutan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar