Minggu, 10 Mei 2015

Phobia

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.         Pendahuluan
Hampir setiap orang memiliki rasa takut dalam dirinya. Ketakutan adalah suatu tanggapan emosi terhadap ancaman. Pada dasarnya takut adalah suatu mekanisme pertahanan hidup dasar yang terjadi sebagai respons terhadap suatu stimulus tertentu, seperti rasa sakit atau ancaman bahaya. Beberapa ahli psikologi juga telah menyebutkan bahwa takut adalah salah satu dari emosi dasar, selain kebahagiaan, kesedihan, dan kemarahan. Tak jarang rasa takut sendiri menjadi momok yang sangat menakutkan bagi beberapa orang, bahkan ada yang menjadi penyakit. Hal ini karena rasa takut yang berlebihan tehadap sesuatu atau yang sering disebut dengan Phobia.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.         Definisi Phobia
Phobia adalah ketakutan yang berlebih-lebihan terhadap benda-benda atau situasi-situasi tertentu yang seringkali tidak beralasan dan tidak berdasar pada kenyataan.Istilah “Phobia” berasal dari kata “phobi” yang artinya ketakutan atau kecemasan yang sifatnya tidak rasional; yang dirasakan dan dialami oleh sesorang. Phobia merupakan suatu gangguan yang disebabkan oleh ketakutan yang menetap dan sangat tidak rasional terhadap suatu obyek atau situasi tertentu.
Phobia dan rasa takut biasa memiliki perbedaan yaitu pada phobia, hal yang ditakuti sebenarnya tidak menakutkan untuk sebagain besar orang. Phobia terjadi karena adanya faktor biologis di dalam tubuh, seperti meningkatnya aliran darah dan metabolisme di otak. Phobia juga bisa terjadi karena sesuatu yang tidak normal di struktur otak. Tapi kebanyakan psikolog setuju, Phobia lebih sering disebabkan oleh kejadian traumatis.
Dalam keadaan normal setiap orang memiliki kemampuan mengendalikan rasa takut. Akan tetapi bila seseorang terpapar terus menerus dengan subjek Phobia, hal tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya fiksasi. Fiksasi adalah suatu keadaan dimana mental seseorang menjadi terkunci, yang disebabkan oleh ketidak-mampuan orang yang bersangkutan dalam mengendalikan perasaan takutnya. Penyebab lain terjadinya fiksasi dapat pula disebabkan oleh suatu keadaan yang sangat ekstrem seperti trauma bom, terjebak lift dan sebagainya.
Seseorang yang pertumbuhan mentalnya mengalami fiksasi akan memiliki kesulitan emosi (mental blocks) dikemudian harinya. Hal tersebut dikarenakan orang tersebut tidak memiliki saluran pelepasan emosi (katarsis) yang tepat. Setiap kali orang tersebut berinteraksi dengan sumber phobia secara otomatis akan merasa cemas dan agar "nyaman" maka cara yang paling mudah dan cepat adalah dengan cara "mundur kembali"/regresi kepada keadaan fiksasi.
Kecemasan yang tidak diatasi seawal mungkin berpotensi menimbulkan akumulasi emosi negatif yang secara terus menerus ditekan kembali ke bawah sadar (represi). Pola respon negatif tersebut dapat berkembang terhadap subjek subjek phobia lainnya dan intensitasnya semakin meningkat. Walaupun terlihat sepele, pola respon tersebut akan dipakai terus menerus untuk merespon masalah lainnya. Itu sebabnya seseorang penderita phobia menjadi semakin rentan dan semakin tidak produktif. Phobia merupakan salah satu dari jenis jenis hambatan sukses lainnya.
1.2.         Macam-macam Phobia
Menurut parah alhi phobia digolongkan menjadi tiga macam yaitu agroaphobia, phobia social, dan phobia spesifik.
1.      Agroaphobia
Phobia yang muncul ketika berada di tempat yang ramai dan penuh orang. Umumnya orang yang menderita phobia semacam ini akan berusaha mencari jalan keluar dari keramaian dan mencari tempat yang sepi.
2.      Phobia sosial 
Phobia Sosial dikenal juga sebagai gangguan anxietas sosial, phobia sosial adalah ketakutan akan diamati dan dipermalukan di depan publik. Hal ini bermanifestasi sebagai rasa malu dan tidak nyaman yang sangat berlebihan di situasi sosial. Hal ini mendorong orang untuk mengindari situasi sosial dan ini tidak disebebabkan karena masalah fisik atau mental (seperti gagap, jerawat atau gangguan kepribadian).
3.      Phobia Spesifik
Phobia spesifik ditPenderitai oleh ketakutan yang tidak rasional akan objek atau situasi tertentu. Gangguan ini termasuk gangguan medik yang paling sering didapati, namun demikian sebagian kasus hanyalah ringan dan tidak perlu mendapatkan pengobatan. Pada phobia terjadi salah-pindah kecemasan pada barang atau keadaan yang mula-mula menimbulkan kecemasan itu. Jadi terdapat dua mekanisme pembelaan, yaitu salah-pindah dan simbolisasi. Ada banyak macam phobia yang dinamakan menurut barang atau keadaan. Apabila berhadapan dengan objek atau situasi tersebut, orang dengan phobia akan mengalami perasaan panik, berkeringat, berusaha menghindar, sulit untuk bernapas dan jantung berdebar. Sebagian besar orang dewasa yang menderita phobia menyadari bahwa ketakutannya tidak rasional dan banyak yang memilih untuk mencoba menahan perasaan anxietas yang hebat daripada mengungkapkan ganguannya. Berikut ini adalah beberapa spesifikasi dari phobia spesifik.
a.          Claustrophobia (Phobia Berada Di Ruang yang Sempit)
Phobia ini muncul saat seseorang berada di ruang sempit seperti di dalam lift, toilet pesawat, kamar mandi yang ukurannya kecil, atau tempat sempit lainnya. Saat merasakan ketakutan, mereka cenderung akan gugup, berkeringat, dan kehabisan nafas.
Dianjurkan apabila ada orang yang menderita claustrophobia, maka ia diberikan tempat duduk di dekat jendela atau lebih baik memilih naik eskalator atau memakai tangga.
b.      Zoophobia (Phobia Akan Hewan Tertentu)
Zoophobia adalah rasa takut akan hewan tertentu di mana saat mendengar, atau melihat saja sudah membuat seseorang sangat ketakutan. Nah, phobia ini memiliki beberapa sebutan tergantung pada jenis hewan yang ditakuti, seperti: arachnophobia - ketakutan pada laba-laba; ophidiophobia - ketakutan pada ular; ornithophobia - ketakutan pada burung; apiphobia - ketakutan pada lebah.


c.          Brontophobia (Phobia Akan Halilintar/Petir)
Nama brontophobia diambil dari bahasa Yunani, bronte yang berarti petir. Mereka yang mengalami phobia ini biasanya menolak keluar saat sedang hujan dan ada petir. Mereka kerap bersembunyi di balik pintu sambil menutup kepala dengan tangan atau bantal.
d.          Acrophobia (Phobia Ketinggian)
Mereka yang mengalami phobia ini sangat takut bila berada di ketinggian. Biasanya wajah mereka akan sangat tegang, mengeluarkan keringat dingin, wajah akan menjadi pucat dan bahkan mematung.
e.          Aerophobia (Phobia Terbang)
Mereka yang mengalami aerophobia biasanya takut jika harus naik pesawat terbang. Umumnya phobia ini muncul setelah ia mengalami trauma, entah kecelakaan yang dialami diri sendiri atau orang terdekat, atau mengalami turbulensi. Umumnya mereka akan merasa sangat panik dan terbayang-bayang akan ada hal buruk yang terjadi. Mereka juga ingin buru-buru keluar dari pesawat.
f.          Phobia Rasa Sakit
Ada dua jenis phobia yang dialami dan diakibatkan karena ketakutan akan rasa sakit. Yang pertama adalah hemophobia, phobia saat melihat darah. Yang kedua adalah trypanophobia, yaitu phobia akan jarum suntik. Umumnya, kondisi mereka akan drop dan bisa pingsan saat ketakutan.
g.         Phobia Paranormal
Phobia ini biasanya disebabkan oleh beberapa hal yang berhubungan dengan dunia paranormal.
Triskaidekaphobia, yaitu phobia yang berhubungan dengan semua hal dengan angka 13. Konon, angka ini merupakan angka sial, sehingga mereka yang mengalami phobia ini akan berusaha menghindari segala sesuatu yang berhubungan dengan angka sial.

Chiroptophobia, yaitu ketakutan akan kelelawar karena menganggap bahwa hewan tersebut adalah jelmaan vampir. Phasmophobia, yaitu rasa takut yang timbul akan bayangan hantu di dalam benaknya.
h.         Emetophobia (Phobia Akan Rasa Mual Dan Muntah)
Biasanya, apabila melihat orang lain mual atau muntah, maka akan timbul rasa ingin muntah juga. Hal ini dipengaruhi oleh pikiran, di mana seringkali yang tertangkap oleh mata langsung diproses ke pikiran dan mempengaruhi respon yang terjadi. Tak heran apabila kemudian timbul perasaan ingin muntah atau mual.
i.           Carcinophobia (Phobia Akan Kanker)
Carcinophobia atau cancerophobia adalah rasa takut yang teramat sangat akan kanker. Umumnya orang ini trauma dan merasa takut berlebihan serta menganggap bahwa semua sakit yang ia rasakan adalah kanker. Orang tersebut juga menjadi sangat sensitif terhadap apa yang dirasakan pada tubuhnya.
j.           Neophobia (Phobia Akan Semua Hal Baru) 
Neophobia biasanya muncul saat melihat barang-barang baru. Mereka cenderung menolak barang baru dan lebih mencintai barang lama mereka.
1.3.          Phobia Ketinggian (Acrophobia)
Salah satu phobia yang dialami oleh manusia adalah, phobia akan ketinggian atau yang biasa disebut Acrophobia. Phobia ketinggian adalah salah satu phobia yang lumayan banyak penderitanya. Diperkirakan sekitar 3-5% populasi umum di dunia menderita phobia ini. Dengan perempuan 2 kali lipat lebih banyak menderita phobia ini dibanding pria. Phobia ketinggian (Acrophobia) berasal dari kata Yunani yaitu Akron yang artinya puncak dan phobos yang artinya takut. Sehingga dapat diartikan sebagai ketakutan irasional yang ekstrim terhadap ketinggian.

1.         Penyebab Acrophobia
Ragam faktor yang bisa menjadi pemicu terjadinya phobia pada ketinggian. Diantaranya:
a.          Peristiwa yang traumatis
Kebanyakan phobia pada ketinggian terjadi karena faktor traumatis masa lalu penderitanya. Mungkin penderita sebelumnya pernah terjatuh dari tempat tinggi dan meninggalkan rasa sakit yang luar biasa dan sulit untuk dilupakan.
b.      Faktor Biologis
Faktor biologis biasanya terjadi karena disfungsi dalam menjaga keseimbangan. System keseimbangan manuasia mengintegrasikan isyarat visual propriosektif, vestibular dan terdekat untuk memperhitungkan posisi dan gerakan. Dan biasanya system keseimbangan ini akan menjadi miskin ketika manusia mengalami peningkatan tinggi badan karena isyarat visualnya menjadi surut. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya disfungsi keseimbangan sehingga munculah phobia ketinggian.
c.          Pola Asuh yang Keliru
Mungkin saja penderita Phobia terhadap ketinggian dulunya diasuh oleh orang tua yang selalu menakut-nakutinya tentang tempat yang tinggi. Para orang tua “meracuni” pemikiran anaknya bahwa tempat yang tinggi itu mengerikan. Tujuan orang tua sebenarnya agar si anak tidak bermain-main pada tempat yang tinggi, namun ternyata salah cara penyampaian justru akan berpengaruh pada kondisi psikologis anak di kemudian hari.
d.         Keyakinan yang salah
Keyakinan yang salah terjadi karena seoseorang kerap membenarkan bahwa tempat tinggi akan selalu membahayakan. Padahal tidak selamanya keyakinan seperti itu benar. Berada pada posisi tinggi atau tidak, bila tidak berhati-hati tentu akan berbahaya.

2.         Gejala Acrophobia
a.       Penderit akan mengalami rasa panik atau cemas yang berlebihan.
b.      Sesak nafas.
c.       Meningkatnya detak jantung.
d.      Keluar keringat dingin dan mual- mual ketika berada di tempat ketinggian atau pun melihat benda-benda yang tinggi.
3.      Cara Mengatasi Acrophobia
a.       Metode Hipnoterapi
Melalui metode ini Penderita akan diberi sugesti-sugesti untuk menghilangkan rasa ketakutan Penderita. Nantinya sugesti-sugesti itu harus Penderita ingat terus-menerus hingga perlahan akan terbiasa untuk melupakannya. Metode seperti ini adalah metode yang mengPenderitalkan penyembuhan dari dalam diri Penderita sendiri.
b.      Metode Exposure Treatment
Metode ini adalah latihan untuk melatih otak Penderita. Penderita akan dipaksa terus-menerus berada di ketinggian. Namun, metode ini bukan hanya tentang "membiasakan diri" rasa takut, tetapi sebagai pelatihan untuk otak Penderita agar berhenti mengirim sinyal rasa takut ketika Penderita dalam keadaan tidak berbahaya.
c.       Metode Desentisisasi Sistematis
Biasanya metode ini ampuh untuk mengatasi phobia dalam tingkat keparahan ringan. Penderita akan diminta membayangi hal-hal yang indah ketika berada di ketinggian. Misalnya, membayangkan serunya bermain flying fox, atau roller coaster.
d.      Metode Abreaksi
Pada metode ini, Penderita yang sebelumnya membayangkan serunya berada di ketinggian, diminta membiasakan diri untuk terus-menerus berimajinasi seperti tersebut. Melihat tayangan televisi yang menyuguhkan aksi yang menyenangkan di ketinggian pun bisa menjadi tips ampuh. Baru setelah terbiasa mengimajinasikannya, pelan-pelan Penderita dibawa ke tempat-tempat tinggi dan diminta untuk melakukan sesuai apa yang Penderita sedang imajinasikan.
e.       Metode Reframing
Penderita diminta untuk membayangkan kembali menuju masa lampau di mana permulaan phobia ketinggian itu terjadi. Saat teringat, Penderita akan dimotivasi bahwa sebenarnya semua orang bisa mengalami seperti Penderita namun berhasil keluar dari ketakutan-ketakutan tersebut. Motivasi yang dilakukan berulangkali tentu akan menumbuhkan kepercayaan diri sekaligus membangkitkan keberanian Penderita kembali.
f.       Metode Medis
Selain metode latihan psikologis di atas, terdapat pula metode medis. Pengobatan medis bisa menanggulangi phobia Penderita tersebut asal di bawah pengawasan seorang dokter yang ahli. Secara umum, obat-obatan yang akan diberikan ditujukan untuk membantu mengurangi kecemasan dan stres mental, sehingga pikiran negatif berada di bawah pengendalian, dan Penderita dapat mengambil tantangan baru untuk melawan rasa takut.

BAB III
PENUTUP
3.1.          Kesimpulan
Phobia ketakutan yang berlebih-lebihan terhadap benda-benda atau situasi-situasi tertentu yang seringkali tidak beralasan dan tidak berdasar pada kenyataan.Istilah “Phobia” berasal dari kata “phobi” yang artinya ketakutan atau kecemasan yang sifatnya tidak rasional; yang dirasakan dan dialami oleh sesorang. Phobia merupakan suatu gangguan yang disebabkan oleh ketakutan yang menetap dan sangat tidak rasional terhadap suatu obyek atau situasi tertentu.
Dari sekian banyak jenis phobia, pada dasarnya Phobia secara umum dibagi menjadi tiga jenis jenis yaitu phobia sosial, agoraphobia, phobia sosial, dan phobia spesifik.
Untuk mengatasi phobia digunakan berbagai cara mulai dari cara medis, psikologis, hipnoterapi, exposure treatmen, dll


DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Ketakutan















Tidak ada komentar:

Posting Komentar