Haii sobat kali ini saya pengen posting artikel yang
berhubungan sama cerita fiksi ni, sekaligus bahas pesan-pesan yang tersirat
disalah satu cerita fiksi yang diambil dari blog sebelah, hehe. Okee langsung
aja yaa kita mulai. Ettt lupaa, sebelum ke ceritanya kita bahas dulu yaa apa
itu cerita fiksi.
Fiksi adalah sebuah Prosa naratif yang
bersifat imajiner, meskipun imajiner sebuah karya fiksi tetaplah masuk akal dan
mengandung kebenaran yang dapat mendramatisasikan hubungan-hubungan antar
manusia. Kebenaran dalam sebuah dunia fiksi adalah keyakinan yang sesuai dengan
pandangan pengarang terhadap masalah hidup dan kehidupan. Kebenaran dalam karya fiksi
tidak harus sejalan dengan kebenaran yang berlaku di dunia nyata, misalnya
kebenaran dari segi hukum, moral, agama, logika, dan sebagainya. Sesuatu
yang tidak mungkin terjadi bahkan dapat terjadi di dunia nyata dan benar di
dunia fiksi. Misalnya seorang
perempuan yang membunuh seorang laki-laki yang memperkosanya tetapi ia
dinyatakan bebas dan tidak bersalah atas kasus menghilangkannya nyawa
seseorang-menurut hukum dunia nyata ia harus tetap di hukum.
Nahhhh
itu lah penjelasan tentang cerita fiksi. Kita langsung lanjut aja yaa ke
ceritanya sekaligu kita kaji pesan-pesan apa saja yang terkandung dalam cerita
fiksi yang berjudul “Nyamuk Penyelamat” di bawah ini.
NYAMUK PENYELAMAT
Pak Dirjo adalah seorang petani. Ia tinggal di sebuah
rumah di lereng gunung. Ia tinggal seorang diri. Istrinya sudah lama meninggal
dan ia tidak memiliki seorang anak. Tinggal sendirian membuat ia merasa
kesepian. Karena itulah ia sering menggerutu dan selalu mengeluh.
Musim hujan membuat Pak Dirjo semakin sering
menggerutu. Rumah tuanya sudah bocor di sana-sini. Sementara untuk
memperbaikinya, ia tidak punya uang. Lagipula menurutnya percuma saja
diperbaiki. Umurnya paling sudah tidak lama lagi. Siapa yang akan menempati
rumahnya nanti bila ia mati. Demikian menurutnya. Selain itu hujan membuat
rumahnya sering kebanjiran. Belum lagi banyak nyamuk. Pak Dirjo benar-benar
merasa kesal.
Suatu malam, Pak Dirjo kembali menggerutu. Ia tidak
bisa tidur karena banyak nyamuk di rumahnya. Ia merasa sangat terganggu dengan
kehadiran nyamuk-nyamuk itu.
" Huh, mengapa Tuhan menciptakan binatang yang
bisanya cuma mengganggu ini? Huh, bisa habis darahku dihisapnya. Dasar binatang
pangganggu, " gerutu Pak Dirjo.
Pak Dirjo lalu mengeluarkan sepeda tuanya dan pergi
ke warung untuk membeli obat pembasmi nyamuk. Letak warung itu agak jauh dari
rumahnya. Makanya ia pergi dengan naik sepeda. Sepanjang perjalanan ia terus
menggerutu.
Ketika Pak Dirjo kembali ke rumahnya, ia heran
karena banyak tetangganya yang berkumpul di depan rumahnya sambil
memanggil-manggil namanya.
" Ada apa ini?" tanya Pak Dirjo heran.
Tetangganya menoleh dan serempak mereka mengucapkan syukur saat melihat
kehadiran Pak Dirjo.
" Syukurlah, Pak. Bapak tidak apa-apa. Kami
sangat cemas saat mendengar tebing dibelakang rumah Bapak longsor. Kami takut
Bapak kenapa-napa," jawab Pak Ahmad, tetangga Pak Dirjo.
" Ha, longsor?" Pak Dirjo baru sadar jika
sebagian rumahnya roboh terkena longsoran tebing. Ia lemas seketika karena
rumahnya kini hancur. Namun ia merasa sangat bersyukur karena selamat dari
bahaya.
" Untung aku tadi ke warung membeli obat
pembasmi nyamuk. Kalau tidak, pasti aku sudah celaka, " gumamnya.
Tiba-tiba Pak Dirjo sadar, kalau kepergiannya ke
warung tadi telah menyelamatkan dirinya dari malapetaka. Dengan kata lain, ia
telah diselamatkan oleh nyamuk yang telah mengganggunya. Jika tadi ia tidak
terganggu oleh gigitan nyamuk, pasti ia sudah tidur dan bisa jadi ia menjadi
korban longsoran tebing yang menghancurkan rumahnya.
" Oh, Tuhan. Ampunilah kesalahanku. Aku
sudah menghina ciptaanMu. Bagaimanapun juga segala makhluk yang Kau ciptakan
pasti memiliki manfaat. Dan nyamuk yang selama ini aku anggap sebagai binatang
pengganggu dan tak bermanfaat justru telah menyelamatkan aku dari bahaya.
Ampuni aku, Ya Tuhan," kata Pak Dirjo dalam hati.
" Pak, sebaiknya mulai sekarang Bapak tinggal
di rumahku saja. Bapak kan tidak punya saudara. Lagipula aku juga tinggal
sendiri," kata Ujang menawarkan bantuan. Pak Dirjo tersenyum.
" Terima kasih, Jang. Tapi apa aku tidak merepotkanmu?"
Tanya Pak Dirjo ragu.
" Tidak, Pak. Aku malah senang kalau Bapak mau
tinggal bersamaku. Aku kan sudah tidak punya orang tua. Jadi Bapak bisa sebagai
pengganti ayahku. Bagaimana, Pak?" tawar Ujang.
" Baiklah, Jang. Aku akan tinggal bersamamu,"
kata Pak Dirjo kemudian.
Sejak saat itu, Pak Dirjo tinggal bersama Ujang. Dan
ia kini tidak pernah lagi mengeluh apalagi menggerutu karena ia kini tidak
kesepian lagi. Mereka pun hidup dengan tenteram dan bahagia.
Inti dari cerita diatas
adalah ada seorang laki-laki tua yang bernama Pak Dirjo. Ia hanya seorang
petani miskin. Ia hidup sebatang kara dirumah gubuknya setelah istrinya
meninggal. Pak Dirjo yang hanya hari demi hari karena kondisi rumahnya yang
semakin hari semakin membuat dia tak nyaman untuk tinggal. Ada keinginan utuk
memperbaiki rumahnya itu namun seperti biasa uang menjadi pemupus keinginannya
untuk memperbaiki rumahnya itu.
Berbagai cobaan alam
menerpa tempat berteduhnya itu mulai dari bocor dimana-mana, banjir, dan yang
paling membuatnya jengkel adalah begitu banyaknya nyamuk yang menempati
rumahnya. Karena nyamuk yang selalu menggagu tidurnya ia pun memutuskan untuk
membeli pembasmi nyamuk.
Keesokan harinya pun ia
membeli pembasmi nyamuk dan segera nergegas kembali ke rumahnya. Ketika hendak
tiba dirumah ia pun melihat banyak warga yang mengerumuni rumahnya yang sudah
habis di terkam longsor. Melihat kejadian yang menimpa rumahnya itu ia pun
sadar bahwa binatang yang selama ini ia eluh-eluhkan dan dia hina-hina ternyata
adalah penyelamat nyawanya. Ia pun tidak lagi mengeluh akan kehidupannya yang
malang dan akhirnya ada seorang tetangganya yang menawarkannya untuk tinggal
dirumah tetangganya.
Pesan
atau amanat:
Dari
cerita diatas ada beberapa pesan yang dapat kita ambil yaitu:
1.
Dalam
menjalankan kehidupan di dunia ini hendaklah kita selalu bersyukur atas apa
yang kita memiliki. Jauhkan diri dari perasaan mengeluh karena ketika kita
mengeluh tanpa kita sadari kekurangan kita lah yang selalu kita ungkit yang
kemudian akan membawa jiwa kita kedalam sebuah lubang yang hanya dipenuhi
dengan perasaan yang selalu merasa kurang, dan pesimisme.
2.
Kita tidak boleh
menghina atau mencela apa yang telah diciptakan oleh Allah SWT. Sekecil apapun
ciptaan-Nya percayalah bahwa terdapat kebaikan didalamnya. Sesungguhnya Dia
Maha Mengetahui apa yang tidak kita ketahui.
3.
Sebagai makhluk
sosial hendakya kita saling membantu satu sama lain, membahagiakan satu sama
lain. Karena pada hakikatnya kita tidak bias hidup tanpa orang lain disisi
kita.
REFERENSI
http://kumpulandongengfiksianak.blogspot.com/2012/01/nyamuk-penyelamat.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Fiksi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar