Minggu, 10 Mei 2015

Cerita Fiksi

Haii sobat kali ini saya pengen posting artikel yang berhubungan sama cerita fiksi ni, sekaligus bahas pesan-pesan yang tersirat disalah satu cerita fiksi yang diambil dari blog sebelah, hehe. Okee langsung aja yaa kita mulai. Ettt lupaa, sebelum ke ceritanya kita bahas dulu yaa apa itu cerita fiksi.
Fiksi adalah sebuah Prosa naratif yang bersifat imajiner, meskipun imajiner sebuah karya fiksi tetaplah masuk akal dan mengandung kebenaran yang dapat mendramatisasikan hubungan-hubungan antar manusia. Kebenaran dalam sebuah dunia fiksi adalah keyakinan yang sesuai dengan pandangan pengarang terhadap masalah hidup dan kehidupan. Kebenaran dalam karya fiksi tidak harus sejalan dengan kebenaran yang berlaku di dunia nyata, misalnya kebenaran dari segi hukum, moral, agama, logika, dan sebagainya. Sesuatu yang tidak mungkin terjadi bahkan dapat terjadi di dunia nyata dan benar di dunia fiksi. Misalnya seorang perempuan yang membunuh seorang laki-laki yang memperkosanya tetapi ia dinyatakan bebas dan tidak bersalah atas kasus menghilangkannya nyawa seseorang-menurut hukum dunia nyata ia harus tetap di hukum.
Nahhhh itu lah penjelasan tentang cerita fiksi. Kita langsung lanjut aja yaa ke ceritanya sekaligu kita kaji pesan-pesan apa saja yang terkandung dalam cerita fiksi yang berjudul “Nyamuk Penyelamat” di bawah ini.


NYAMUK PENYELAMAT
Pak Dirjo adalah seorang petani. Ia tinggal di sebuah rumah di lereng gunung. Ia tinggal seorang diri. Istrinya sudah lama meninggal dan ia tidak memiliki seorang anak. Tinggal sendirian membuat ia merasa kesepian. Karena itulah ia sering menggerutu dan selalu mengeluh.
Musim hujan membuat Pak Dirjo semakin sering menggerutu. Rumah tuanya sudah bocor di sana-sini. Sementara untuk memperbaikinya, ia tidak punya uang. Lagipula menurutnya percuma saja diperbaiki. Umurnya paling sudah tidak lama lagi. Siapa yang akan menempati rumahnya nanti bila ia mati. Demikian menurutnya. Selain itu hujan membuat rumahnya sering kebanjiran. Belum lagi banyak nyamuk. Pak Dirjo benar-benar merasa kesal.
Suatu malam, Pak Dirjo kembali menggerutu. Ia tidak bisa tidur karena banyak nyamuk di rumahnya. Ia merasa sangat terganggu dengan kehadiran nyamuk-nyamuk itu.
" Huh, mengapa Tuhan menciptakan binatang yang bisanya cuma mengganggu ini? Huh, bisa habis darahku dihisapnya. Dasar binatang pangganggu, " gerutu Pak Dirjo.
Pak Dirjo lalu mengeluarkan sepeda tuanya dan pergi ke warung untuk membeli obat pembasmi nyamuk. Letak warung itu agak jauh dari rumahnya. Makanya ia pergi dengan naik sepeda. Sepanjang perjalanan ia terus menggerutu.
Ketika Pak Dirjo kembali ke rumahnya, ia heran karena banyak tetangganya yang berkumpul di depan rumahnya sambil memanggil-manggil namanya.
" Ada apa ini?" tanya Pak Dirjo heran. Tetangganya menoleh dan serempak mereka mengucapkan syukur saat melihat kehadiran Pak Dirjo.
" Syukurlah, Pak. Bapak tidak apa-apa. Kami sangat cemas saat mendengar tebing dibelakang rumah Bapak longsor. Kami takut Bapak kenapa-napa," jawab Pak Ahmad, tetangga Pak Dirjo.
" Ha, longsor?" Pak Dirjo baru sadar jika sebagian rumahnya roboh terkena longsoran tebing. Ia lemas seketika karena rumahnya kini hancur. Namun ia merasa sangat bersyukur karena selamat dari bahaya.
" Untung aku tadi ke warung membeli obat pembasmi nyamuk. Kalau tidak, pasti aku sudah celaka, " gumamnya.
Tiba-tiba Pak Dirjo sadar, kalau kepergiannya ke warung tadi telah menyelamatkan dirinya dari malapetaka. Dengan kata lain, ia telah diselamatkan oleh nyamuk yang telah mengganggunya. Jika tadi ia tidak terganggu oleh gigitan nyamuk, pasti ia sudah tidur dan bisa jadi ia menjadi korban longsoran tebing yang menghancurkan rumahnya.
 " Oh, Tuhan. Ampunilah kesalahanku. Aku sudah menghina ciptaanMu. Bagaimanapun juga segala makhluk yang Kau ciptakan pasti memiliki manfaat. Dan nyamuk yang selama ini aku anggap sebagai binatang pengganggu dan tak bermanfaat justru telah menyelamatkan aku dari bahaya. Ampuni aku, Ya Tuhan," kata Pak Dirjo dalam hati.
" Pak, sebaiknya mulai sekarang Bapak tinggal di rumahku saja. Bapak kan tidak punya saudara. Lagipula aku juga tinggal sendiri," kata Ujang menawarkan bantuan. Pak Dirjo tersenyum.
" Terima kasih, Jang. Tapi apa aku tidak merepotkanmu?" Tanya Pak Dirjo ragu.
" Tidak, Pak. Aku malah senang kalau Bapak mau tinggal bersamaku. Aku kan sudah tidak punya orang tua. Jadi Bapak bisa sebagai pengganti ayahku. Bagaimana, Pak?" tawar Ujang.
" Baiklah, Jang. Aku akan tinggal bersamamu," kata Pak Dirjo kemudian.
Sejak saat itu, Pak Dirjo tinggal bersama Ujang. Dan ia kini tidak pernah lagi mengeluh apalagi menggerutu karena ia kini tidak kesepian lagi. Mereka pun hidup dengan tenteram dan bahagia. 


Inti dari cerita diatas adalah ada seorang laki-laki tua yang bernama Pak Dirjo. Ia hanya seorang petani miskin. Ia hidup sebatang kara dirumah gubuknya setelah istrinya meninggal. Pak Dirjo yang hanya hari demi hari karena kondisi rumahnya yang semakin hari semakin membuat dia tak nyaman untuk tinggal. Ada keinginan utuk memperbaiki rumahnya itu namun seperti biasa uang menjadi pemupus keinginannya untuk memperbaiki rumahnya itu.
Berbagai cobaan alam menerpa tempat berteduhnya itu mulai dari bocor dimana-mana, banjir, dan yang paling membuatnya jengkel adalah begitu banyaknya nyamuk yang menempati rumahnya. Karena nyamuk yang selalu menggagu tidurnya ia pun memutuskan untuk membeli pembasmi nyamuk.

Keesokan harinya pun ia membeli pembasmi nyamuk dan segera nergegas kembali ke rumahnya. Ketika hendak tiba dirumah ia pun melihat banyak warga yang mengerumuni rumahnya yang sudah habis di terkam longsor. Melihat kejadian yang menimpa rumahnya itu ia pun sadar bahwa binatang yang selama ini ia eluh-eluhkan dan dia hina-hina ternyata adalah penyelamat nyawanya. Ia pun tidak lagi mengeluh akan kehidupannya yang malang dan akhirnya ada seorang tetangganya yang menawarkannya untuk tinggal dirumah tetangganya.


Pesan atau amanat:
Dari cerita diatas ada beberapa pesan yang dapat kita ambil yaitu:
1.      Dalam menjalankan kehidupan di dunia ini hendaklah kita selalu bersyukur atas apa yang kita memiliki. Jauhkan diri dari perasaan mengeluh karena ketika kita mengeluh tanpa kita sadari kekurangan kita lah yang selalu kita ungkit yang kemudian akan membawa jiwa kita kedalam sebuah lubang yang hanya dipenuhi dengan perasaan yang selalu merasa kurang, dan pesimisme.
2.      Kita tidak boleh menghina atau mencela apa yang telah diciptakan oleh Allah SWT. Sekecil apapun ciptaan-Nya percayalah bahwa terdapat kebaikan didalamnya. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang tidak kita ketahui.
3.      Sebagai makhluk sosial hendakya kita saling membantu satu sama lain, membahagiakan satu sama lain. Karena pada hakikatnya kita tidak bias hidup tanpa orang lain disisi kita.




REFERENSI
http://kumpulandongengfiksianak.blogspot.com/2012/01/nyamuk-penyelamat.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Fiksi



Tidak ada komentar:

Posting Komentar