Jumat, 17 Oktober 2014

Menyusuri Jalan 1

Teriakan keras mengakhiri perkuliahan hari ini, smua berbondong-bondong membereskan buku-buku dan peralatan lainnya masing-masing termasuk aku. Ketika pulang sekolah saya mulai menyusuri jalan depok diawali dengan menyusuri sebuah tempat yang penuh dengan kontrakan, kosan, toko, bahkan mahasiswa.

Tujuan saya menyelusuri daerah ini untuk mencari kontrakan baru untuk saya dan kakak saya. Sebelumnya kami sudah tinggal di margonda, namun berhubung saya mendapatkan tempat kuliah di Kampus E dan G gunadarma yaaa jadi harus pindah kontrakan supaya lebih hemat biaya transportasi. Kami menulusuri satu rumah ke rumah lainnya, satu gang ke gang lainnya untuk mencari kontrakan sebagai tempat peristirahatan yang baru. Setiap orang yang lewat kami tanyai mengenai  kontrakan yang kosong di daerah tersebut namun untuk mencari kontrakan agak begitu sulit karena di daerah itu kebanyakan kos-kosan. Alhasil setelah beberapa menit berlalu saya memutuskn untuk pulang tanpa hasil.

Di pinggir jalan saya pandangi lalu lintas jalan depan kampus E yang begitu padat dan begitu macetnya, bunyi klakson silih berganti berbunyi, kendaraan begitu sulit untuk bergerak karena macet yang begitu parah, matahari dengan cahayanya yang begitu terik dan menyilaukan, asap yang keluar dari kenalpot kendaraan, serta debu yang berterbangan kesana kemari semakin membuat suasana menjadi tambah kacau. Di pinggir jalan itu pula saya menantikan angutan kota yang akan membawa tubuh ini menuju tempat peristirahatan untuk melepas lelah setelah kuliah seharian.

Terlihat dari kejauhan angkutan kota bernomor D11 menghampiri saya tanpa pikir panjang saya pun langsung masuk ke dalam angkot yang di dalamnya terdapat penumpang wanita semua dan hanya saya sendiri yang laki, memang agak aneh tapi ya sudahlah udah naek ini kata orang itu "nasi udah jadi bubur". Saya pun hanya bisa menikmati perjalanan dengan memerhatikan mobil dan motor yang berlalu lalang melalu jendela angkot. Ketika sedang memerhatikan kendaraan yang lalu lalang saya tersentak kaget melihat angkot yang saya naiki ternyata melewati jalan yang tak seperti biasa saya lewati. Saya pun melihat ke kaca belakang mobil dan ternyata angkot yang saya naiki jurusan pasar minggu, setelah mengetahui salah angkot saya pun segera turun dengan rasa malu karena supirnya tertawa ketika tau kalau saya salah angkot.

Bersambung.............

Tidak ada komentar:

Posting Komentar