Senin, 30 November 2015

Perancangan Instalasi Pengolahan Limbah Rumah Sakit

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.             Latar Belakang
“Kesehatan lebih penting dari segalanya” kata tersebut merupakan ungkapan bahwa kesehatan sangat penting bagi kehidupan manusia. Tak dapat dipungkiri kalimat tersebut memanglah benar karena pada dasarnya segala sesuatu berawal sehat. Ketika sehat orang pun dapat melakukan segala aktivitas dengan baik.

Tak dapat dihindari bahwa kesehatan tidak selamanya baik. Tubuh kita rentan terhadap penyakit sehingga tak dapat disangka tubuh dapat diserang penyakit baik penyakit yang biasa maupun yang ganas sekalipun. Ketiks tubuh mengalami sakit makan akan membuat nafsu untuk melakukan aktivitas pun berkurang.
Dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, sebagai penunjang kesejahteraan masyarakat banyak, rumah sakit menjadi salah satu alternatif tersebut. Rumah sakit merupakan salah satu jawaban dalam meningkatkan kesehatan masyarakat banyak. Rumah sakit memiliki berbagai fasilitas seperti ruang operasi, laboratorium, ruang farmasi, kamar rawat, dll.
Kegiatan di rumah sakit pasti menghasilkan limbah yang memiliki dampak buruk jika tidak diolah dengan baik. Dalam pengolahan limbah Rumah sakit tidak hanya menghasilkan limbah organik dan anorganik, tetapi juga limbah infeksius yang mengandung bahan beracun berbahaya (B3). Dari keseluruhan limbah rumah sakit, sekitar 10 sampai 15 persen di antaranya merupakan limbah infeksius yang mengandung logam berat, antara lain mercuri (Hg). Sekitar 40 % lainnya adalah limbah organik yang berasal dari sisa makan, baik dari pasien dan keluarga pasien maupun dapur gizi.Sisanya merupakan limbah anorganik dalam bentuk botol bekas infus dan plastik.   
Pada tahun 1999, WHO melaporkan di Perancis pernah terjadi 8 kasus pekerja kesehatan terinfeksi HIV, 2 di antaranya menimpa petugas yang menangani limbah medis. Hal ini menunjukkan bahwa perlunya pengelolaan limbah yang baik tidak hanya pada limbah medis tajam tetapi meliputi limbah rumah sakit secara keseluruhan. Namun, berdasarkan hasil Rapid Assessment tahun 2002 yang dilakukan oleh Ditjen P2MPL Direktorat Penyediaan Air dan Sanitasi yang melibatkan Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota, menyebutkan bahwa sebanyak 648 rumah sakit dari 1.476 rumah sakit yang ada, yang memiliki incinerator baru 49% dan yang memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sebanyak 36%. Dari jumlah tersebut kualitas limbah cair yang telah melalui proses pengolahan yang memenuhi syarat baru mencapai 52% 1.
Salah satu jenis limbah rumah sakit adalah limbah farmasi yaitu berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat- obat yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat- obatan. Limbah farmasi hendaknya dilakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan, karena limbah ini merupakan sumber racun yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu dibutuhkan pengolahan limbah yang baik agar tidak menimbulkan dampak negative bagi lingkungan sekitar.

1.2.Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud limbah rumah sakit?
2.      Apa sajakah jenis limbah rumah sakit?
3.      Bagaimanakah proses penanggulangan limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit?

1.3. Tujuan
1.      Mengetahui apa itu limbah rumah sakit.
2.      Mengetahui hjenis-jenis limbah rumah sakit.
3.      Mengetahui Proses Pengolahan atau instalasi limbah rumah sakit.







BAB II
PEMBAHASAN
3.1.         Penjelasan Limbah Rumah Sakit
Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan  dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat  berupa gas dan debu,cair atau padat. Di antara berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3).
Limbah ialah setiap bahan sisa suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity,flammabi lity,reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia (BAPEDAL (1995).
Limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.

2.2.          Jenis-jenis Limbah Rumah Sakit
Adapun Jenis-jenis limbah rumah sakit sebagai berikut ini:
a.        Limbah klinik
Limbah klinik yaitu Limbah yang dihasilkan selama pelayanan pasien secara rutin pembedahan dan di unit-unit resiko tinggi. Limbah ini mungkin berbahaya dan mengakibatkan resiko tinggi infeksi kuman dan populasi umum dan staf Rumah Sakit. Oleh karena itu perlu diberi label yang jelas sebagai resiko tinggi. Contoh limbah jenis tersebut ialah perban atau pembungkusyang kotor, cairan badan, anggota badan yang diamputasi, jarum-jarum dan semprit bekas, kantung urine dan produk darah.
b.      Limbah Patologi
Limbah ini juga dianggap beresiko tinggi dan sebaiknya diautoclaf sebelum keluar dari unit patologi. Limbah tersebut harus diberi label biohazard.
c.       Limbah bukan klinik
Limbah ini meliputi kertas-kertas pembungkus atau kantong dan plastik yang tidak berkontak dengan cairan badan. Meskipun tidak menimbulkan resiko sakit, limbah tersebut cukup merepotkan karena memerlukan tempat yang besar untuk mengangkut dan menbuangnya.
d.      Limbah dapur
Mencakup sisa-sisa makanan dan air kotor. Berbagai serangga seperti kecoa, kutu dan hewan pengerat seperti tikus merupakan gangguan bagi staf maupun pasien di Rumah Sakit.
e.       Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida.
f.       Limbah Farmasi
Limbah farmasi merupakan salah satu jenis sampah medis atau merupakan sampah berbahaya yang pengelolaannya harus diperhatikan. Beberapa contoh sampah farmasi adalah obat – obatan,vaksin,serum,yang tidak digunakan lagi,botol obat yang beresidu, dll.Limbah farmasi dapat berupa senyawa kimia toksik maupun non toksik, baik dalam bentuk padat, cair, maupun uap.

2.3.            Proses Pengolahan atau Instalasi Limbah Rumah Sakit
Dalam pengelolaan limbah padat baik medis maupun non medis, rumah sakit diwajibkan melakukan pemilahan limbah dan menyimpannya dalam kantong plastik yang berbeda beda berdasarkan karakteristik limbahnya. Limbah domestik di masukkan kedalam plastik berwarna hitam, limbah infeksius kedalam kantong plastik berwarna kuning, limbah sitotoksic kedalam warna kuning, limbah kimia/farmasi kedalam kantong plastik berwarna coklat dan limbah radio aktif kedalam kantong warna merah. Disamping itu rumah sakit diwajibkan memiliki tempat penyimpanan sementara limbahnya sesuai persyaratan yang ditetapkan dalam Kepdal 01 tahun 1995.
Dalam hal ini banyak fakta yang dapat kita temukan bahwa penanganan limbah medis lebih dominan menggunakan system inceneration, karena dari segi biaya lebih murah selain itu dapat mengurangi massa dan volume sehingga untuk penanganan berikutnya menjadi lebih mudah. Limbah dapat ditangani dalam waktu yang relatif lebih singkat daripada pengolahan secara biologi maupun sistem landfill dan area yang dibutuhkan relatif lebih kecil.
Pengelolaan limbah dengan menggunakan incinerator harus memenuhi beberapa persyaratan seperti yang tercantum dalam Keputusan Bapedal No 03 tahun 1995. Peraturan tersebut mengatur tentang kualitas incinerator dan emisi yang dikeluarkannya. Incinerator yang diperbolehkan untuk digunakan sebagai penghancur limbah B3 harus memiliki efisiensi pembakaran dan  efisiensi penghancuran / penghilangan (Destruction Reduction Efisience) yang tinggi.

2.4.            Prinsip Kerja Incinerator
Proses insenerasi akan berlangsung melalui 3 tahapan, yaitu:
1.         Tahapan pertama adalah  limbah atau sampah dalam sampah menjadi uap air, hasilnya limbah menjadi kering dan siap terbakar.
2.         Selanjutnya terjadi proses pirolisis, yaitu pembakaran tidak sempurna, dimana temperature belum terlalu tinggi.
3.         Fase berikutnya adalah pembakaran sempurna. Ruang bakar pertama digunakan sebagai pembakar limbah, suhu dikendalikan antara 400 C ~ 600 C. Ruang bakar kedua digunakan sebagai pembakar asap dan bau dengan suhu antara antara 600 C ~ 1200 C. Suplay oksigen dari udara luar ditambahkan agar terjadi oksidasi sehingga materi-materi limbah akan teroksidasi dan menjadi mudah terbakar, dengan terjadi proses pembakaran yg sempurna, asap yg keluar dari cerobong menjadi transparan.
Proses Incinerator :
Incinerator dilengkapi mesin pembakar dengan suhu tinggi yang dalam waktu relative singkat mampu membakar habis semua sampah tersebut hingga menjadi abu. Pembakaran sampah ini digunakan dengan sistem pembakaran bertingkat (double chamber), sehingga emisi yang melalui cerobong tidak berasap dan tidak berbau, dan menggunakan sitem cyclon yang pada akhirnya hasil pembakaran tidak memberikan pengaruh polusi pada lingkungan.
Keseluruhan kinerja incinerator yang saat ini diterapkan di beberapa negara maju dapat dibagi pada beberapa tahapan proses yaitu :

1. Proses penyimpanan sampah dan pengumpanan sampah
2. Proses pembakaran;
3. Proses penanganan sisa pembakaran;
4. Proses pembersihan asap;
Skema Pengolahan Limbah Farmasi Rumah Sakit Dengan Insenerasi.
GAMBAR
Dalam ruang bakar utama proses karbonisasi dilakukan dengan “ defisiensi udara “ dimana udara yang dimasukkan didistribusikan dengan merata kedasar ruang bakar untuk membakar karbon sisa. Gas buang yang panas dari pembakaran, keluar dari sampah dan naik memanasinya sehingga mengasilkan pengeringan dan kemudian membentuk gas-gas karbonisasi. Sisa padat dari pembentukan gas ini yang sebagian besar terdiri atas karbon, dibakar selama pembakaran normal dalam waktu pembakaran. Pada ruang bakar ini secara terkontrol dengan suhu 800 – 1.0000C dengan sistem close loop sehingga pembakaran optimal. Distribusi udara terdiri dari sebuah blower radial digerakan langsung dengan impeller, dengan casing almunium  dan motor listrik, lubang masuk udara dari pipa udara utama didistribusikan ke koil.
Ruang Bakar Tingkat Kedua :
Ruang bakar tingkat kedua dipasang diatas ruang bakar utama dan terdiri dari ruang penyalaan dan pembakaran, berfungsi membakar gas-gas karbonisasi yang dihasilkan dari dalam ruang bakar utama. Gas karbonisasi yang mudah terbakar dari ruang bakar utama dinyalakan oleh Burner Ruang Bakar Dua, kemudian dimasukan udara pembakar, maka gas-gas karbonisasi akan terbakar habis. Ruang Bakar Dua bekerja seperti sebuah after burner, yaitu mencari, gas-gas yang belum terbakar kemudian membawanya kedalam temperatur lebih tinggi sehingga terbakar sampai habis, dimana suhunya mencapai 1.100 0C dengan sistem close loop sehingga optimal. Pemasukan sampah ke ruang pembakaran dilakukan secara manual atau menggunakan lift conveyor.
Panel Kontrol Digital :
Diperlukan suatu panel kontrol digital dalam operasionalnya untuk setting suhu minimum dan maksimum didalam ruang pembakaran dan dapat dikontrol secara “ automatic “ dengan sistem close loop. Pada panel digital dilengkapi dengan petunjuk suhu, pengatur waktu (digunakan sesuai kebutuhan), dan dilengkapi dengan tombol pengendali “burner dan “blower” dengan terdapatnya lampu isyarat yang memadai dan memudahkan operasi.
Cerobong Cyclon :
Cerobong cyclon dipasang setelah ruang bakar dua, yang bagian dalamnya dilengkapi water spray berguna untuk menahan debu halus yang ikut terbang bersama gas buang, dengan cara gas buang yang keluar dari Ruang Bakar Dua dimasukan melalui sisi dinding atas sehingga terjadi aliran siklon di dalam cerobong. Gas buang yang berputar didalam cerobong siklon akan menghasilkan gaya sentripetal, sehingga abu yang berat jenisnya lebih berat dari gas buang akan terlempar kedinding cerobong siklon. Dengan cara menyemburkan butiran air yang halus kedinding, maka butiran-butiran abu halus tersebut akan turun kebawah bersama air yang disemburkan dan ditampung dalam bak penampung. Bak penampung dapat dirancang tiga sekat, dimana pada sekat pertama berfungsi mengendapkan abu halus, pada bak selanjutnya air abu akan disaring, dan air ditampung dan didinginkan pada sekat ketiga, siap untuk dipompakan ke cerobong siklon kembali.
Dengan pembakaran sampah secara sempurna temperatur operasi relatif lebih tinggi, relatif lebih kecil hidrokarbon yang lolos ke luar cerobong, dan asap berwana bening, sehingga emisi dari gas buang tersebut ramah terhadap lingkungan.
BAB III
PENUTUP
3.1.            Kesimpulan
Rumah sakit merupakan tempat upaya pelayanan kesehatan. Rumah sakit terdiri dari berbagai pelayan mulai dari kamar rawat, laboratorium, ruang farmasi, ruang operasi, dll. Pelayanan tersebut digunakan untuk meningkatkan kesehatan pasien yang sakit.
Disisi lain tak jarang kegiatan-kegiatan dirumah sakit memberi efek positif bagi lingkungan sekitar. Hal ini dikarenakan pengolahan limbah yang dihasilkan rumah sakit kurang diperhatikan pengolahannya.
Salah satu limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit adalah limbah farmasi dimana limbah ini merupakan limbah medis yang berbahaya. Adapun contoh limbah farmasi adalah obat – obatan, vaksin, serum, yang tidak digunakan lagi, botol obat yang beresidu, dll. Limbah farmasi dapat berupa senyawa kimia toksik maupun non toksik, baik dalam bentuk padat, cair, maupun uap.
Berbagai cara dilakukan untuk mengolah limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit. Salah satu cara yang digunakan adalah melauli proses incinerator. Secara garis berar proses insenerasi dilakukan melalui 4 tahap yaitu 1 proses penyimpanan sampah dan pengumpanan sampah, Proses pembakaran, Proses penanganan sisa pembakaran, dan proses pembersihan asap.



DAFTAR PUSTAKA
Al- Rasyid, Muh Ilham. 2011. “http ://pengolahan limbah/Penanganan dan Pengolahan Limbah Rumah Sakit.htm : Penanganan dan pengolahan Limbah Rumah Sakit”
Pruss A, dkk. Pengolahan Limbah Layanan Kesehatan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta : 2002
Sakinah, Fitria. 2001. “http : //Pengolahan Limbah Rumah Sakit « Blog Archive « dwioktavia.htm : Pengolahan Limbah Rumah Sakit”
Purbani, Syafitri. https://syafitrianispurbani.wordpress.com/category/pengolahan-limbah/ (Diambil Pada Tanggal 21 November 2015, pukul 15.30 WIB)